Pagi
yang cerah untuk mengawali hari ini, ku ucapkan selamat pagi kepada dunia
dengan senyuman agar diri ini semangat untuk menjalani semua aktivitas pada
hari ini. Dengan mata yang masih ingin terpejam, ku paksa diri ini untuk
beranjak dari tempat tidur. Karena banyak pekerjaan rumah yang harus aku
lakukan sebelum aku berangkat ke sekolah. Jam dinding sudah menunjukkan pukul
06.10 WIB, terdengar suara Ibuku yang mengingatkan bahwa sudah saatnya aku
berangkat ke sekolah. Jarak antara rumahku dengan sekolah memang cukup jauh,
harus ditempuh sekitar 45 menit. Banyak yang bertanya “kenapa tidak kost
saja?”, jawabannya hanya satu, karena aku tidak mau membiarkan Ibuku sendirian
menjaga adikku yang tidak seperti anak pada umumnya. Ya,,, adikku yang berumur
12 tahun memang tidak normal, dia mengalami gangguan pada syaraf otaknya.
Ceritanya
berawal ketika dia berumur 8 bulan, ketika itu dia terjatuh dari tempat tidur
yang cukup tinggi dan terjadi benturan di kepalanya. Dokter mengatakan bahwa
terjadi kerusakan pada syarafnya. Ketika itu Ibuku meninggalkan adikku di kamar
sendirian untuk menjemputku yang masih duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar. Ketika
dia terjatuh, tidak ada luka yang parah, hanya saja hidungnya mengeluarkan
sedikit darah. Keesokan harinya ketika dia bermain air, tiba-tiba dia
kejang-kejang, dan langsung saja Ibuku membawanya ke rumah sakit. Begitu
seterusnya, setiap dia kejang-kejang langsung dibawa ke rumah sakit.
Banyak
upaya yang telah dilakukan oleh orang tuaku demi kesembuhan adikku. Mereka
sudah membawa adikku berobat kemana saja, baik pengobatan secara medis maupun
nonmedis. Namun tidak ada hasilnya, malah bisa dikatakan adikku mengalami
kemunduran, yang awalnya dia bisa mengeja huruf mulai A sampai Z, bisa
menyebutkan angka mulai 1 sampai 10, bisa menyayikan lagu anak-anak, sekarang dia
tidak bisa melakukan itu semua. Hanya kata-kata tertentu saja yang bisa dia
ucapkan.
Terkadang
aku marah terhadap Tuhan, kenapa harus adikku? Kenapa harus keluargaku yang
mengalami semua ini? Apa dosa yang telah dilakukan oleh keluargaku sehingga
Tuhan memberikan cobaan seperti ini kepada keluargaku? Begitulah
pertanyaan-pertanyaan yang muncul ketika aku lelah akan semua ini. Namun aku
tersadar, tidak seharusnya aku marah kepada Tuhan, mungkin ini cobaan yang
harus dilalui keluargaku. Aku yakin Tuhan pasti punya rencana yang indah di
balik semua ini. Dibandingkan dengan
diriku, Ibuku lah yang lebih merasakan bagaimana beratnya cobaan ini. Selama
belasan tahun, beliau merawat adikku dengan penuh kesabaran, dengan penuh
keyakinan kalau adikku pasti sembuh, namun sepertinya keyakinan itu harus pudar
sedikit demi sedikit, karena sampai saat ini adikku masih saja seperti dulu.
Dia bisa berjalan, dia bisa makan sendiri, dia bisa bermain, namun dia harus
selalu diawasi, dan dia tidak bisa ditinggal, kalau ditinggal rumah harus
dikunci agar dia tidak keluar rumah.
Sosok
yang paling sabar dalam menghadapi cobaan ini adalah Ibuku, setiap malam beliau
berdo’a untuk adikku. Hal yang ditakutkan adalah apabila dia harus meninggalkan
dunia ini, bagaimana dengan adikku. Walaupun aku sudah mengatakan kepadanya
bahwa biar aku yang merawat adik jika Ibu sudah tua nanti. Namun beliau masih
berat rasanya jika harus meninggalkan adikku di dunia ini. Aku sempat mendengar
do’a Ibuku ketika beliau sholat malam, beliau berdo’a agar nyawa adikku dicabut
terlebih dahulu, baru nyawa beliau yang dicabut. Ingin rasanya aku menjerit
ketika mendengar do’a Ibuku yang seperti itu. Aku tau beliau berdo’a seperti
itu karena beliau sangat menyayangi adikku, dan tidak rela jika harus
meninggalkan adikku.
Aku
yakin Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang diluar kemampuan hambanya, dan
aku bersyukur atas cobaan ini, mungkin Tuhan mempunyai sesuatu yang indah di
luar sana. Dan aku bangga akan Ibuku, bagiku beliau adalah pahlawan yang takkan
mampu dibayar dengan apapun dan sampai kapanpun. Mungkin itulah alasan
Rasulullah menyebut nama “Ibu” sebagai orang yang menjadi urutan pertama hingga
ketiga untuk dilayani, dihormati, dan tempat berbakti setiap anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar