Selasa, 20 November 2012

CINTA YANG TAKKAN PERNAH TERBALAS DENGAN APAPUN



Pagi yang cerah untuk mengawali hari ini, ku ucapkan selamat pagi kepada dunia dengan senyuman agar diri ini semangat untuk menjalani semua aktivitas pada hari ini. Dengan mata yang masih ingin terpejam, ku paksa diri ini untuk beranjak dari tempat tidur. Karena banyak pekerjaan rumah yang harus aku lakukan sebelum aku berangkat ke sekolah. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 06.10 WIB, terdengar suara Ibuku yang mengingatkan bahwa sudah saatnya aku berangkat ke sekolah. Jarak antara rumahku dengan sekolah memang cukup jauh, harus ditempuh sekitar 45 menit. Banyak yang bertanya “kenapa tidak kost saja?”, jawabannya hanya satu, karena aku tidak mau membiarkan Ibuku sendirian menjaga adikku yang tidak seperti anak pada umumnya. Ya,,, adikku yang berumur 12 tahun memang tidak normal, dia mengalami gangguan pada syaraf otaknya.
Ceritanya berawal ketika dia berumur 8 bulan, ketika itu dia terjatuh dari tempat tidur yang cukup tinggi dan terjadi benturan di kepalanya. Dokter mengatakan bahwa terjadi kerusakan pada syarafnya. Ketika itu Ibuku meninggalkan adikku di kamar sendirian untuk menjemputku yang masih duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar. Ketika dia terjatuh, tidak ada luka yang parah, hanya saja hidungnya mengeluarkan sedikit darah. Keesokan harinya ketika dia bermain air, tiba-tiba dia kejang-kejang, dan langsung saja Ibuku membawanya ke rumah sakit. Begitu seterusnya, setiap dia kejang-kejang langsung dibawa ke rumah sakit.
Banyak upaya yang telah dilakukan oleh orang tuaku demi kesembuhan adikku. Mereka sudah membawa adikku berobat kemana saja, baik pengobatan secara medis maupun nonmedis. Namun tidak ada hasilnya, malah bisa dikatakan adikku mengalami kemunduran, yang awalnya dia bisa mengeja huruf mulai A sampai Z, bisa menyebutkan angka mulai 1 sampai 10, bisa menyayikan lagu anak-anak, sekarang dia tidak bisa melakukan itu semua. Hanya kata-kata tertentu saja yang bisa dia ucapkan.
Terkadang aku marah terhadap Tuhan, kenapa harus adikku? Kenapa harus keluargaku yang mengalami semua ini? Apa dosa yang telah dilakukan oleh keluargaku sehingga Tuhan memberikan cobaan seperti ini kepada keluargaku? Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang muncul ketika aku lelah akan semua ini. Namun aku tersadar, tidak seharusnya aku marah kepada Tuhan, mungkin ini cobaan yang harus dilalui keluargaku. Aku yakin Tuhan pasti punya rencana yang indah di balik semua ini.  Dibandingkan dengan diriku, Ibuku lah yang lebih merasakan bagaimana beratnya cobaan ini. Selama belasan tahun, beliau merawat adikku dengan penuh kesabaran, dengan penuh keyakinan kalau adikku pasti sembuh, namun sepertinya keyakinan itu harus pudar sedikit demi sedikit, karena sampai saat ini adikku masih saja seperti dulu. Dia bisa berjalan, dia bisa makan sendiri, dia bisa bermain, namun dia harus selalu diawasi, dan dia tidak bisa ditinggal, kalau ditinggal rumah harus dikunci agar dia tidak keluar rumah.
Sosok yang paling sabar dalam menghadapi cobaan ini adalah Ibuku, setiap malam beliau berdo’a untuk adikku. Hal yang ditakutkan adalah apabila dia harus meninggalkan dunia ini, bagaimana dengan adikku. Walaupun aku sudah mengatakan kepadanya bahwa biar aku yang merawat adik jika Ibu sudah tua nanti. Namun beliau masih berat rasanya jika harus meninggalkan adikku di dunia ini. Aku sempat mendengar do’a Ibuku ketika beliau sholat malam, beliau berdo’a agar nyawa adikku dicabut terlebih dahulu, baru nyawa beliau yang dicabut. Ingin rasanya aku menjerit ketika mendengar do’a Ibuku yang seperti itu. Aku tau beliau berdo’a seperti itu karena beliau sangat menyayangi adikku, dan tidak rela jika harus meninggalkan adikku.
Aku yakin Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang diluar kemampuan hambanya, dan aku bersyukur atas cobaan ini, mungkin Tuhan mempunyai sesuatu yang indah di luar sana. Dan aku bangga akan Ibuku, bagiku beliau adalah pahlawan yang takkan mampu dibayar dengan apapun dan sampai kapanpun. Mungkin itulah alasan Rasulullah menyebut nama “Ibu” sebagai orang yang menjadi urutan pertama hingga ketiga untuk dilayani, dihormati, dan tempat berbakti setiap anak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar