Kamis, 10 Desember 2015

MERAJUT MIMPI MERAIH PRESTASI ; Bersama PGMI, Membingkai Masa Depan Berdikari

Tidak ada jalan yang mudah untuk memasuki zaman baru. Di persimpangan tempat kita berdiri, hanya ada jalan yang sulit bagi akal dan hati untuk menciptakan kesepakatan bersama. Dapat memahami kehidupan dan mempunyai determinasi untuk melahirkan peradaban besar. Dari sinilah cerita itu dimulai. Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) tempat kita bersua mengumpulkan puzzle kehidupan dalam merajut mimpi.
Dalam menggapai mimpi, kadang hidup tidak sejalan dengan apa yang kita inginkan, apa yang kita mimpikan. Namun kita harus bisa menghadapinya dengan hati yang tenang, terus melangkah karena kita tak pernah sendiri dalam mewujudkan impian kita. Mental baja sangat diperlukan dalam menapaki tangga-tangga dalam meraih prestasi. Hanya mereka yang mau dan mampu berubah dari kebiasaan lama negatif yang akan memenangkan kontestasi kehidupan.
Untuk menjadi pemenang, kita harus menghilangkan mental In Down dalam diri. Mental In Down merupakan sebuah mindset yang menganggap segala sesuatu yang berasal dari dalam tidak lebih baik dibanding yang berasal dari luar. Tidak merasa bangga dengan prodi sendiri, melainkan merasa kagum dengan prodi yang lain. Oleh karena itu, perlu kiranya menjaga dan menguatkan keyakinan bahwa di sinilah jalan kita mengukir prestasi. Bukan objek peserta didik, tapi diri kita lah yang membentuknya. Dalam artian, tidak jarang kita diremehkan karena objek peserta didik lebih kecil dari prodi yang lain, tapi dari situlah kita bisa mengantarkan dan menebar benih yang sangat dalam untuk mulai merangkai impian itu. Kemampuan analisis yang kuat dengan diimbangi dengan ketrampilan menulis, keberanian berbicara dan kemahiran berbahasa asing serta kreativitas budaya, itulah yang menjadi pembeda mahasiswa prodi PGMI.
Kebiasaan yang harus diganti agar mental in down tidak selamanya bersemayam dalam diri adalah dengan merubah kebiasaan menunggu menjadi menjemput, konsumtif menjadi produktif, membeli menjadi menjual, impor menjadi ekspor dan yang paling utama adalah merubah kebiasaan meminta menjadi memberi. Kebiasaan itu perlu dididik sejak dini agar tumbuh kejujuran dalam membangun peradaban baru yang lebih baik. Tentu posisi sebagai mahasiswa sangat penting dalam agen of change dan agen of control untuk mewujudkan tridharma perguruan tinggi, yaitu: pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Tipe Mahasiswa
Pertama, adalah tipe idealis, yang cenderung aktif menentang kemapanan. Tipe ini, biasanya seringkali meluapkan ekspresinya dalam menentang kemapanan melalui demonstrasi. Dan terkadang melalui cara-cara yang menurut mereka “asal beda” dan tidak mengikuti arus utama anak muda. Kedua, tipe oportunis, yaitu mereka yang cenderung mendukung “pemerintah” yang tengah berkuasa. Ketiga, tipe profesional, yaitu mereka yang hanya berorientasi pada nilai-nilai profesionalitas. Mereka menilai tugasnya ya hanya kuliah dan belajar. Keempat, tipe rekreatif, yaitu mahasiswa yang berorientasi pada gaya hidup glamour.
Terlepas dari beberapa tipe mahasiswa yang ada, kita harus mampu membedakan antara personalitas dan identitas. Personalitas merupakan hal-hal yang dimiliki diluar kontrol kita atau bisa dipahami sebagai anugerah Tuhan. Sedangkan identitas adalah hal-hal yang bisa diserap sepanjang hidup dan terus berkembang. Identitas sebagai kuda-kuda untuk menghadapi lingkungan sekitar dan hanya sebagai sandangan mempertahankan personalitas. Keseimbangan antara personalitas dan identitas mutlak diperlukan. Bagaiman caranya? Tanyakan pada diri Anda 5 pertanyaan berikut: Siapa saya? Apa kehebatan saya? Apa impian saya? Siapa 5 teman terdekat saya? Karakter apa saja yang menjadi prioritas saya?
Setelah kelima pertanyaan tersebut terjawab, buatlah keputusan-keputusan sesuai dengan jawaban diri Anda. Semakin jujur terhadap diri Anda sendiri, semakin lurus jalan Anda. Dan semakin khusus jawaban Anda, akan semakin cepat terwujud. Kemudian untuk memperkokoh kedaulatan diri, perlu ditanamkan istilah Sadumuk Bathuk Sanyari Bumi.
Sadumuk Bathuk Sanyari Bumi adalah ungkapan dalam literasi Jawa yang berarti seluas telapak tangan di dahi dan sejengkal tanah pun akan dibela. Ungkapan ini berhubungan erat dengan pernyataan menjelang terjadi atau diputuskannya peperangan oleh seseorang atau sekelompok orang bila hak-hak dan kedaulatannya diusik.
Kehormatan atau harga diri memang menjadi awal sebuah cerita, asal sebuah tragedi, dan sumber adanya peristiwa. Mulai dari skala terkecil hingga lingkup dunia, sesuatu yang paling mahal dan harus dipertahankan adalah kehormatan dan harga diri. Tidak menjadi masalah karena kehormatan dan harga diri merupakan karunia Tuhan, tetapi perbedaan pemahaman terhadap harga diri itulah yang akan menimbulkan pergolakan.
Lantas bagaimana sebuah kehormatan atau harga diri harus ada dan dipertahankan tanpa mengusik orang lain? Yang harus dilakukan adalah bagaimana menjadi diri sendiri, tidak menyamar atau memakai karakter prodi lain. Menjadi penting mempertahankan kehormatan dan harga diri serta martabat program studi tempat kita berkarya. Menjadi batasan kesabaran untuk tersinggung, terhina dan harus marah menindak siapa saja yang melampaui batas.
Sebagai mahasiswa PGMI kita harus bisa menggali potensi diri yang kita punya, serta mengoptimalkannya agar kita memiliki daya jual yang tinggi. Karena ketika kita lulus, kompetisi bukan hanya antarmahasiswa PGMI dalam lingkup Universitas, akan tetapi dengan mahasiswa lulusan PGMI dari univeristas lain, bersaing dengan lulusan PGSD, bahkan pada tahun 2016 Indonesia akan mengadapi era ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai konsekuensi dari berlakunya kesepakatan internasional. Hal ini berdampak pula dalam dunia pendidikan. Dalam menghadapi era MEA tersebut, mahasiswa PGMI harus mampu survive dalam persaingan global.
Karakter Mahasiswa PGMI yang perlu dipersiapkan dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN yaitu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang mampu bekerja di kawasan ASEAN ialah mereka yang mampu memberikan layanan yang terbaik kepada “pelanggan”, yaitu dengan (1) memiliki pemikiran yang kreatif dan memiliki inovasi-inovasi baru terlebih dalam dunia pendidikan sesuai ciri khas yang dimiliki oleh masing-masing individu serta memperhatikan etika dan norma yang ada; (2) mampu menjalin jaringan dengan berbagai pihak, disertai dengan tata cara dan karater yang yang baik, sikap saling menghargai antara satu sama lain; (3) kemampuan bahasa dan penguasaan budaya sesuai dengan bahasa dan budaya “pelanggan” yang dilayani, dan (4) kemampuan menggunakan instrumen/alat dalam bidangnya khususnya dalam bidang pendidikan (updated technology).
Prodi PGMI lahir bukan saja memenuhi tuntutan pragmatis masyarakat Indonesia atas kekurangannya terhadap guru MI, tapi justru keberadaannya telah memberikan warna baru bagi keilmuan “pendidikan dasar” dengan mengedepankan nilai integritas keilmuan dasar sebagai basis utamanya, serta nilai keislaman yang menjadi ciri keberadaan madrasah. Jika konsep pembidangan ilmu di prodi PGSD dan PGMI dibagi menjadi enam bagian, yaitu: 1) kependidikan, 2) konten bidang bahasa Indonesia SD/MI, 3) konten bidang matematika SD/MI, 4) konten bidang Ilmu Pengetahuan Alam, 5) konten bidang Ilmu Pengetahuan Sosial, dan 6) konten bidang Pendidikan Kewarganegaraan, maka terkait dengan penerapan integrasi dimaksud adalah bagaimana keenam bidang keilmuan tersebut dilihat dari sudut pandang yang integratif. Satu bidang kajian ilmu harus dilihat dalam sudut pandang yang berbeda, bahkan dalam implementasinya integrasi nilai (termasuk keislaman) harus didukung juga melalui upaya pembiasaan dalam proses pembelajaran, penerapan manajemen program studi, serta kegiatan ekstrakulikuler. Proses itulah yang seharusnya lahir di prodi PGMI, sehingga lulusan PGMI dapat menunjukkan kualitas, bahkan mendapatkan nilai lebih jika dibandingkan dengan lulusan PGSD, dengan segenap kemampuannya dalam bidang ilmu-ilmu pendidikan dasar, serta “nilai tambah” keislaman yang ciri utama dari alumni PGMI.
Sampai di sini, marilah kita berkomitmen untuk mengikuti perkuliahan dengan serius, berorganisasi dengan baik dan selalu mengikuti kompetisi dari tingkat universitas hingga tingkat Internasional. Ingat...!!! Hilangkan mental in down dalam diri, kita bisa dan Anda adalah seorang pemenang. Sebagai bekal, Anda bisa bergabung dengan grup facebook UINSA Student Forum untuk mendapatkan segala bentuk informasi. Jangan lupa untuk terus mencoba...!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar